Antitrombin III (AT III) adalah protein yang diproduksi oleh hati dan memainkan peran penting dalam regulasi pembekuan darah. AT III adalah antikoagulan alami yang mencegah pembekuan darah yang tidak diinginkan dalam tubuh. Defisiensi atau gangguan fungsi AT III dapat menyebabkan peningkatan risiko trombosis.

Fungsi Antitrombin III: AT III menghambat beberapa faktor pembekuan darah, terutama trombin (faktor IIa) dan faktor Xa. Dengan menginaktivasi enzim-enzim kunci dalam kaskade pembekuan darah, AT III membantu menjaga keseimbangan antara pembekuan dan pencegahan pembekuan yang berlebihan[1]. AT III juga memiliki efek antiinflamasi dan membantu menjaga integritas dinding pembuluh darah[2].

Mekanisme Kerja Antitrombin III: AT III menghambat faktor pembekuan dengan membentuk kompleks tidak aktif 1:1 dengan enzim target. Aktivitas AT III sangat meningkat (hingga 1000 kali) dengan adanya heparin, yang merupakan antikoagulan yang sering digunakan dalam pengobatan klinis[3]. Heparin berikatan dengan AT III dan menyebabkan perubahan konformasi, yang meningkatkan afinitas AT III terhadap enzim pembekuan[4].

Defisiensi Antitrombin III: Defisiensi AT III dapat bersifat bawaan (genetik) atau didapat. Defisiensi AT III bawaan adalah kelainan autosomal dominan yang ditandai dengan penurunan kadar atau fungsi AT III dalam darah[5]. Individu dengan defisiensi AT III memiliki risiko tinggi mengalami trombosis vena dan emboli paru[6]. Defisiensi AT III didapat dapat terjadi akibat penyakit hati, sindrom nefrotik, atau konsumsi berlebihan selama koagulasi intravaskular diseminata (DIC)[7].

Penggunaan Klinis Antitrombin III: Konsentrat AT III dapat digunakan dalam pengobatan defisiensi AT III bawaan untuk mencegah atau mengobati episode trombosis[8]. Selain itu, AT III juga dapat digunakan sebagai pengobatan adjuvan pada pasien dengan DIC atau sepsis yang mengalami penurunan kadar AT III[9]. Pemantauan kadar AT III juga penting pada pasien yang menerima terapi heparin untuk memastikan efektivitas antikoagulasi[10].

Kesimpulannya, antitrombin III adalah protein penting dalam regulasi pembekuan darah. Defisiensi AT III dapat meningkatkan risiko trombosis, sementara penggunaan konsentrat AT III dapat membantu mencegah atau mengobati gangguan pembekuan. Pemahaman tentang peran AT III dalam hemostasis dan pengobatan klinis terus berkembang.

Referensi:

  1. Muszbek L, Bereczky Z, Kovács B, Komáromi I. (2010). Antithrombin deficiency and its laboratory diagnosis. Clinical Chemistry and Laboratory Medicine, 48(Suppl 1), S67-S78.
  2. Wiedermann CJ, Romisch J. (2002). The anti-inflammatory actions of antithrombin--a review. Acta Medica Austriaca, 29(3), 89-92.
  3. Olson ST, Björk I, Sheffer R, Craig PA, Shore JD, Choay J. (1992). Role of the antithrombin-binding pentasaccharide in heparin acceleration of antithrombin-proteinase reactions. Resolution of the antithrombin conformational change contribution to heparin rate enhancement. Journal of Biological Chemistry, 267(18), 12528-12538.
  4. Huntington JA. (2003). Mechanisms of glycosaminoglycan activation of the serpins in hemostasis. Journal of Thrombosis and Haemostasis, 1(7), 1535-1549.
  5. Lane DA, Bayston T, Olds RJ, Fitches AC, Cooper DN, Millar DS, Jochmans K, Perry DJ, Okajima K, Thein SL, Emmerich J. (1997). Antithrombin mutation database: 2nd (1997) update. Thrombosis and Haemostasis, 77(1), 197-211.
  6. Patnaik MM, Moll S. (2008). Inherited antithrombin deficiency: a review. Haemophilia, 14(6), 1229-1239.
  7. Maclean PS, Tait RC. (2007). Hereditary and acquired antithrombin deficiency: epidemiology, pathogenesis and treatment options. Drugs, 67(10), 1429-1440.
  8. Rosove MH. (2014). Thrombosis and antithrombotic therapy in hereditary antithrombin III deficiency. Seminars in Hematology, 51(4), 349-358.
  9. Wiedermann CJ, Kaneider NC. (2006). A systematic review of antithrombin concentrate use in patients with disseminated intravascular coagulation of severe sepsis. Blood Coagulation & Fibrinolysis, 17(7), 521-526.
  10. Finley A, Greenberg C. (2013). Review article: heparin sensitivity and resistance: management during cardiopulmonary bypass. Anesthesia and Analgesia, 116(6), 1210-1222.

Kunjungi Juga: www.ikapmal.my.id