HbA1C

Hemoglobin A1c (HbA1c) adalah salah satu parameter penting dalam pemantauan dan pengendalian diabetes melitus. Dikenal juga sebagai A1c, glikosilasi hemoglobin, atau hemoglobin terglikosilasi, HbA1c memberikan gambaran rata-rata kadar gula darah seseorang dalam rentang waktu 2-3 bulan terakhir [1].

Apa itu HbA1c?

HbA1c terbentuk ketika glukosa dalam darah menempel pada hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang berperan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Semakin tinggi kadar glukosa dalam darah, semakin banyak glukosa yang menempel pada hemoglobin. Karena sel darah merah memiliki masa hidup sekitar 120 hari (3 bulan), HbA1c mencerminkan rata-rata kadar gula darah selama periode tersebut [2].

Mengapa HbA1c Penting?

Pemantauan jangka panjang: Berbeda dengan tes gula darah harian yang menunjukkan kadar glukosa sesaat, HbA1c memberikan gambaran kontrol glikemik jangka panjang [3].

Penilaian risiko komplikasi: Nilai HbA1c yang tinggi berkorelasi dengan risiko komplikasi diabetes seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal [4].

Penyesuaian pengobatan: Dokter menggunakan hasil HbA1c untuk menyesuaikan dosis obat diabetes atau merekomendasikan perubahan gaya hidup [5].


Interpretasi Hasil HbA1c:

Di bawah 5,7%: Normal

5,7% - 6,4%: Prediabetes

6,5% atau lebih tinggi: Diabetes [6]

Untuk penderita diabetes yang sudah didiagnosis, target HbA1c biasanya di bawah 7%, meskipun target ini bisa bervariasi tergantung faktor individu seperti usia dan kondisi kesehatan lainnya [7].


Faktor yang Memengaruhi Hasil HbA1c:

Anemia atau gangguan sel darah merah lainnya

Kehamilan

Transfusi darah baru-baru ini

Obat-obatan tertentu [8]


Kesimpulan:

HbA1c adalah alat yang sangat berharga dalam manajemen diabetes. Dengan memantau HbA1c secara rutin (biasanya setiap 3-6 bulan), penderita diabetes dan tim medis mereka dapat menilai efektivitas perawatan dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk mencegah komplikasi jangka panjang [9]. Ingatlah, kontrol glikemik yang baik bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes [10].

Referensi:

[1] American Diabetes Association. (2021). "Glycemic Targets: Standards of Medical Care in Diabetes—2021." Diabetes Care, 44(Supplement 1): S73-S84.

[2] Sherwani, S.I., et al. (2016). "Significance of HbA1c Test in Diagnosis and Prognosis of Diabetic Patients." Biomarker Insights, 11: 95-104.

[3] Nathan, D.M., et al. (2008). "Translating the A1C Assay Into Estimated Average Glucose Values." Diabetes Care, 31(8): 1473-1478.

[4] UK Prospective Diabetes Study (UKPDS) Group. (1998). "Intensive blood-glucose control with sulphonylureas or insulin compared with conventional treatment and risk of complications in patients with type 2 diabetes (UKPDS 33)." The Lancet, 352(9131): 837-853.

[5] Davies, M.J., et al. (2018). "Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes, 2018. A Consensus Report by the American Diabetes Association (ADA) and the European Association for the Study of Diabetes (EASD)." Diabetes Care, 41(12): 2669-2701.

[6] World Health Organization. (2011). "Use of Glycated Haemoglobin (HbA1c) in the Diagnosis of Diabetes Mellitus."

[7] American Diabetes Association. (2021). "6. Glycemic Targets: Standards of Medical Care in Diabetes—2021." Diabetes Care, 44(Supplement 1): S73-S84.

[8] English, E., et al. (2015). "The Effect of Anaemia and Abnormalities of Erythrocyte Indices on HbA1c Analysis: A Systematic Review." Diabetologia, 58(7): 1409-1421.

[9] Diabetes Control and Complications Trial Research Group. (1993). "The Effect of Intensive Treatment of Diabetes on the Development and Progression of Long-Term Complications in Insulin-Dependent Diabetes Mellitus." New England Journal of Medicine, 329(14): 977-986.

[10] Rubin, R.R. (2000). "Diabetes and Quality of Life." Diabetes Spectrum, 13(1): 21.